KELAS : 2DD01
NPM : 33209627
SUMBER : WIKIPEDIA DAN ARTIKEL INTERNET LAINNYA
Peran Sistem informasi Manajemen (SIM) Dalam meningkatkan keunggulan kompetitif.
Peranan SIM yang paling besar dan paling berpengaruh adalah agar suatu organisasi tetap mampu bertahan dalam pasar dimana organisasi tersebut mampu untuk meningkatkan daya kompetitifnya.
Ada beberapa model yang dipandang handal untuk meningkatkan daya saing suatu organisasi diantaranya:
Beberapa model tersebut terdapat pada konsep ”Five Forces Model” (Michael Porter)
Mengatakan bahwa :
Untuk meningkatkan kompetitif suatu organisasi maka harus dilakukan analisis kekuatan kompetitif yaitu:
1. Kekuatan Pembeli (Bargaining Power of Buyers). Semakin banyak pembeli (konsumen) mempunyai pilihan penjual mana (organisasi), semakin tinggi kekuatan kompetitifnya (daya penawarannya). Semakin sedikit pilihan pembeli, semakin rendah kekuatan kompetitifnya. Monopoli terjadi apabila pembeli tidak punya pilihan kecuali membeli pada satu penjual saja.
2. Kekuatan Pemasok (Bargaining Power of Suppliers). Semakin banyak organisasi (pembeli) memiliki pilihan untuk membeli dari pemasok mana, semakin rendah kekuatan kompetitif para pemasok, dan sebaliknya. Organisasi dituntut memiliki kekuatan kompetitif yang lebih tinggi dari pemasok dan dari pembeli (konsumen).
3. Ancaman Produk Substitusi (Threat of Substitute Products or Services) akan dirasakan tinggi (ancaman) oleh organisasi apabila produk/jasa organisasi dapat diganti (substitute) dengan produk/jasa yang “mirip” dari organisasi lain. Apabila organisasi ingin mengganti produk/jasa yang diproduksinya, maka akan timbul “Switching Cost” (biaya pengalihan) sebagai konsekuensinya.
4. Ancaman dari Pendatang Baru (Threat of New Entrants) akan dirasakan tinggi (ancaman) oleh organisasi apabila organisasi-organisasi lain dapat dengan mudah masuk ke dalam industri (menciptakan atau memasarkan produk/jasa yang sejenis), sehingga meningkatkan intensitas persaingan dalam industri. Untuk masuk ke dalam industri, Pendatang Baru harus mampu menghadapi dan menanggulangi ”Perintang-Perintang Masuk” (Entry Barriers), yang antara lain adalah investasi yang besar, skala ekonomis yang besar, teknologi yang digunakan, tenaga akhli yang digunakan (langka), atau kondisi pasar yang terikat (market franchised).
5. Pesaing-Pesaing dari Organisasi Sejenis (Rivalry among Existing Competitors) akan menjadi ancaman apabila terjadi intensitas persaingan yang tinggi antar organisasi sejenis. Intensitas persaingan pada suatu industri akan berbeda dengan industri-industri lain, dan cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pada industri yang dimonopoli (atau oligopoli) oleh satu organisasi besar, intensitas persaingan relatif rendah. Pada industri yang ”fragmented” (banyak perusahaan kecil dan tidak ada ”leader”nya), intensitas persaingan relatif tinggi. Bentuk persaingan tidak hanya karena harga, melainkan juga pada aspek-aspek kualitas, pelayanan, kontinuitas, kredibilitas, dll.
Di dalam bisinis atau manajemen, setiap rangkaian (chain) proses membuat produk atau jasa perlu diidentifikasi dan dikalkulasi biayanya agar dapat diketahui Nilai Tambah (Added Value) yang dihasilkan oleh suatu produk jadi (produk/jasa yang dijual kepada konsumen). Semakin tinggi nilai tambah, semakin besar probabilitas untuk mendapatkan keuntungan (profit).
Merumuskan ”Supply Chain Management” dalam rangka menciptakan Keunggulan Kompetitif Organisasi dalam industrinya, yaitu dengan mengoptimalisasi faktor-faktor:
1. Fulfillment: memastikan bahwa jumlah material untuk produksi dan jumlah produk siap jual telah tersedia dalam waktu yang tepat.
2. Logistics: mempertahankan agar biaya transportasi material serendah mungkin dengan tertap menjaga keamanan dan ketepatan dalam pengiriman.
3. Production: memastikan bahwa semua jalur produksi berjalan lancar dengan persediaan material yang mencukupi.
4. Revenue & Profit: memastikan bahwa tidak terjadi kekosongan penjualan atau keterlambatan ”delivery”, karena merupakan ”opportunity lost of sales or profit”
5. Cost & Price: mempertahankan harga pembelian material dan harga jual produk pada tingkat harga yang dapat diterima (acceptable levels).
Faktor-faktor lingkungan makro yang dapat mempengaruhi bisnis:
1 penduduk
2. sosial budaya
3. teknologi
4. Ekonomi
5. Hukum
6. Politik
7. Kamtibmas
8. Kelompok yang punya perhatian khusus
Business Intelligence (kepiawaian bisnis) :
adalah suatu pengetahuan tentang seluk-beluk bisinis yang ditekuni. Pengetahuan tersebut meliputi hal-hal yang berhubungan dengan organisasi itu sendiri, proses operasional intern, pelanggan, pesaing, mitra usaha, faktor-faktor kompetitif dalam industri dan lingkungan makro, yang diperlukan agar organisasi mampu mengambil keputusan-keputusan yang efektif
Peranan SIM yang paling besar dan paling berpengaruh adalah agar suatu organisasi tetap mampu bertahan dalam pasar dimana organisasi tersebut mampu untuk meningkatkan daya kompetitifnya.
Beberapa model tersebut terdapat pada konsep ”Five Forces Model” (Michael Porter)
Mengatakan bahwa :
Untuk meningkatkan kompetitif suatu organisasi maka harus dilakukan analisis kekuatan kompetitif yaitu:
1. Kekuatan Pembeli (Bargaining Power of Buyers). Semakin banyak pembeli (konsumen) mempunyai pilihan penjual mana (organisasi), semakin tinggi kekuatan kompetitifnya (daya penawarannya). Semakin sedikit pilihan pembeli, semakin rendah kekuatan kompetitifnya. Monopoli terjadi apabila pembeli tidak punya pilihan kecuali membeli pada satu penjual saja.
2. Kekuatan Pemasok (Bargaining Power of Suppliers). Semakin banyak organisasi (pembeli) memiliki pilihan untuk membeli dari pemasok mana, semakin rendah kekuatan kompetitif para pemasok, dan sebaliknya. Organisasi dituntut memiliki kekuatan kompetitif yang lebih tinggi dari pemasok dan dari pembeli (konsumen).
3. Ancaman Produk Substitusi (Threat of Substitute Products or Services) akan dirasakan tinggi (ancaman) oleh organisasi apabila produk/jasa organisasi dapat diganti (substitute) dengan produk/jasa yang “mirip” dari organisasi lain. Apabila organisasi ingin mengganti produk/jasa yang diproduksinya, maka akan timbul “Switching Cost” (biaya pengalihan) sebagai konsekuensinya.
4. Ancaman dari Pendatang Baru (Threat of New Entrants) akan dirasakan tinggi (ancaman) oleh organisasi apabila organisasi-organisasi lain dapat dengan mudah masuk ke dalam industri (menciptakan atau memasarkan produk/jasa yang sejenis), sehingga meningkatkan intensitas persaingan dalam industri. Untuk masuk ke dalam industri, Pendatang Baru harus mampu menghadapi dan menanggulangi ”Perintang-Perintang Masuk” (Entry Barriers), yang antara lain adalah investasi yang besar, skala ekonomis yang besar, teknologi yang digunakan, tenaga akhli yang digunakan (langka), atau kondisi pasar yang terikat (market franchised).
5. Pesaing-Pesaing dari Organisasi Sejenis (Rivalry among Existing Competitors) akan menjadi ancaman apabila terjadi intensitas persaingan yang tinggi antar organisasi sejenis. Intensitas persaingan pada suatu industri akan berbeda dengan industri-industri lain, dan cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pada industri yang dimonopoli (atau oligopoli) oleh satu organisasi besar, intensitas persaingan relatif rendah. Pada industri yang ”fragmented” (banyak perusahaan kecil dan tidak ada ”leader”nya), intensitas persaingan relatif tinggi. Bentuk persaingan tidak hanya karena harga, melainkan juga pada aspek-aspek kualitas, pelayanan, kontinuitas, kredibilitas, dll.
Di dalam bisinis atau manajemen, setiap rangkaian (chain) proses membuat produk atau jasa perlu diidentifikasi dan dikalkulasi biayanya agar dapat diketahui Nilai Tambah (Added Value) yang dihasilkan oleh suatu produk jadi (produk/jasa yang dijual kepada konsumen). Semakin tinggi nilai tambah, semakin besar probabilitas untuk mendapatkan keuntungan (profit).
Merumuskan ”Supply Chain Management” dalam rangka menciptakan Keunggulan Kompetitif Organisasi dalam industrinya, yaitu dengan mengoptimalisasi faktor-faktor:
1. Fulfillment: memastikan bahwa jumlah material untuk produksi dan jumlah produk siap jual telah tersedia dalam waktu yang tepat.
2. Logistics: mempertahankan agar biaya transportasi material serendah mungkin dengan tertap menjaga keamanan dan ketepatan dalam pengiriman.
3. Production: memastikan bahwa semua jalur produksi berjalan lancar dengan persediaan material yang mencukupi.
4. Revenue & Profit: memastikan bahwa tidak terjadi kekosongan penjualan atau keterlambatan ”delivery”, karena merupakan ”opportunity lost of sales or profit”
5. Cost & Price: mempertahankan harga pembelian material dan harga jual produk pada tingkat harga yang dapat diterima (acceptable levels).
Faktor-faktor lingkungan makro yang dapat mempengaruhi bisnis:
1 penduduk
2. sosial budaya
3. teknologi
4. Ekonomi
5. Hukum
6. Politik
7. Kamtibmas
8. Kelompok yang punya perhatian khusus
Business Intelligence (kepiawaian bisnis) :
adalah suatu pengetahuan tentang seluk-beluk bisinis yang ditekuni. Pengetahuan tersebut meliputi hal-hal yang berhubungan dengan organisasi itu sendiri, proses operasional intern, pelanggan, pesaing, mitra usaha, faktor-faktor kompetitif dalam industri dan lingkungan makro, yang diperlukan agar organisasi mampu mengambil keputusan-keputusan yang efektif
No comments:
Post a Comment